JAKARTA. Bagi sebagian orang, mungkin tidak ada yang istimewa ketika menyaksikan burung merpati jantan terbang secepat panah di udara, menukik tajam, lalu menghampiri sang betina. Namun, lain halnya dengan penggila burung yang hobi bermanuver ini. Bagi mereka yang memiliki hobi memelihara burung merpati, melihat hal itu, pasti ada rasa bangga yang muncul.
Nah, siapa yang mengira, ternyata, hobi memelihara burung merpati bisa mendatangkan keuntungan yang berlipat-lipat. Tidak percaya? Tanya saja pada Fajar Wijayako. Pasti ia akan langsung tersenyum sumringah. Yang perlu diketahui, burung merpati yang dipelihara Fajar bukan sembarangan. Melainkan budidaya merpati khusus balap. Keuntungan yang didapat bakal semakin tebal kalau dari peternakan kita lahir merpati balap juara nasional. Sang juara inilah yang harganya bakal meroket hingga mencapai ratusan juta rupiah.
Modal Awal hanya Rp 60 juta
Untuk terjun ke bisnis ini, memang membutuhkan modal yang cukup lumayan. Fajar mengakui hal itu. Pertama kali membangun Davinci Bird Farm di daerah Bojong Gede, Cibinong, Bogor, pada Agustus 2003 lalu, Fajar mengaku harus merogoh kocek 60 juta sebagai modal awal. Ongkos terbesar Fajar adalah untuk menebus merpati pejantan yang menjadi legenda kota Bandung. Namanya Sangsang. Harganya waktu itu Rp 20 juta. Sedangkan uang Rp 40 juta sisanya digunakan untuk membeli dua ekor merpati jantan lain, plus lima ekor merpati betina.
Dari modal awal itu, Fajar bercita-cita ingin meneruskan keturunan legenda merpati balap tingkat nasional. Makanya, dia berusaha keras untuk terus mengembangbiakkan merpati piyikan atau anakan dari sang juara yang bernilai jual tinggi.
Belakangan, impiannya menjadi kenyataan. Bayangkan, untuk setiap ekor anakan dari Sangsang van Fajar, para pecinta merpati balap berani membayar banderol Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per ekor.
Durian runtuh itu menimpa Fajar pada medio 2007 lalu. Anak merpati ke-29 dari Sangsang bernama Road Star berhasil merajai berbagai even di tingkat lokal sampai nasional. Road Star sukses merajai 13 lomba tingkat lokal dan nasional. Satu yang paling bergengsi: Road Star terpilih sebagai Juara I Lomba Utama Nasional pada 13 Mei 2007.
Keberhasilan Road Star menjadi jawara, kontan melambungkan nama Fajar selaku pemilik Davinci Farm. Sampai akhirnya, "Ada penggemar merpati yang menawar Road Star dengan harga Rp 100 juta, tapi saya nggak lepas, karena saya minta Rp 175 juta. Sampai sekarang masih ada, saya gunakan terus sebagai jagoan," ujarnya.
Cerita sukses Road Star hanya sepenggal kenikmatan berbisnis merpati balap. Di luar itu, Fajar hanya menikmati laba biasa-biasa saja. Yakni menjual piyikan dengan harga Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per ekor.
Dalam satu bulan, setidaknya Fajar berhasil melego lima sampai sepuluh merpati balap. Sehingga, dia mampu menangguk omzet hingga mencapai Rp 20 juta setiap bulannya. Padahal, Fajar mengaku menjalankan bisnis ini hanya sebagai sampingan saja. Sementara pekerjaan utamanya tetap menjadi pegawai kantoran.
Karena sifatnya hanya kerja sampingan, Fajar memastikan tidak akan meninggalkan bisnis ternak merpati balap ini. Apalagi, merpati itu termasuk binatang yang mudah berkembang biak sesuai kebutuhan.
Terlebih, biaya perawatan tak terlalu mahal. Setiap bulannya, Fajar pun hanya perlu menyediakan pakan berupa jagung serta kacang hijau untuk merpati-merpatinya. Plus pengeluaran untuk membayar lima orang pekerja Rp 2 juta per bulan. Karyawannya bertugas membersihkan kandang serta memberi makan merpatinya setiap hari.
Ada satu pesan yang disampaikan Fajar bagi Anda yang tertarik untuk ikut berkecimpung dalam bisnis ini. Pria yang sudah akrab dengan merpati sejak 1972 bilang, seorang pebisnis merpati, mutlak memiliki rasa cinta terhadap merpati-merpati peliharaan Anda. "Kalau mau eksis pada bisnis ini, yang paling utama harus hobi. Kalau enggak hobi enggak akan jalan, karena pemiliknya enggak ngerti merpati," kata Fajar.
Yang harus diingat, bukan sembarang cinta yang harus Anda miliki. Tetapi, cinta itu tadi juga harus disertai dengan pengetahuan yang komplet mengenai silsilah merpati-merpati yang pernah menjuarai balapan lokal maupun nasional.
Karena dalam sejarah merpati balap, biasanya, anak dari para jawara-jawara tersebut mewarisi karakteristik para pendahulunya. Mulai dari karakteristik balap, gaya, kecepatan, serta ketinggian terbang merpati tersebut. Tinggal nanti, sang jawara itu dikawinkan dengan induk yang tidak kalah mentereng bibit, bobot, serta bebetnya. Jika itu sukses, baru bisa menikmati hasilnya!
sumber : http://industri.kontan.co.id/
0 komentar:
Posting Komentar